Label

Kamis, 06 Maret 2014

Tokoh -Tokoh Filsafat Yunani Kuno Dan Modern

Tokoh-Tokoh Filsafat Yunani dan Modern

PENDAHULUAN

Filsafat sebagai pokok awal dari terbentuknya ilmu-ilmu yang ada di dunia saat ini menjadi satu catatan tersendiri dalam sejarah, terlebih tokoh-tokoh yang telah meletakkan dasar-dasar ilmu tersebut. Dalam perkembangannya, filsafat mempunyai banyak tokoh berpengaruh sejak zaman klasik hingga modern. Berikut kami sebutkan beberapa nama yang dianggap mempunyai ajaran dan aliran yang mengguncang dunia.

A. Yunani Kuno

Periode Yunani kuno disebut periode filsafat alam. Karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, di mana arah dan perhatianPemikirannyakepada apa yang diamati di sekitarnya. Mereka membuat pertanyaan-pertanyaan  tentang gejala alam yang bersifat filsafat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos.mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.[1]


1.      Thales (625-545 SM)


Nama Thales muncul atas penuturaan sejarawan Herodotus pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana(Seven Wise Men of Greece). Selain itu Thales juga  diberi gelar The Father of Philosophy (bapak filsafat) oleh Aristoteles, karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena mengajukan pertanyaan yang amat mendasar, yang jarang diperhatikan orang yaitu “Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?”. Pertanyaan ini sangat mendasar, terlepas apa pun jawabannya. Namun, yang penting adalah pertanyaan itu dijawabnya dengan pendekatan rasional, bukan dengan mitos atau kepercayaan. Ia mengatakan asal alam adalah air karena air unsur penting bagi setiap makhluk hidup.[2]

Selain itu Thales juga menjadi penasihat teknis ke-12 kota Ionia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM. Sebagai ilmuan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Ia juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat bahwa bulan bersinarkarena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari, bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki sama besarnya. Dengan demikian Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga sebagai the father of deducative reasoning (bapak penalaran dedukatif).

Dalam sejarah matematika,  Thales dianggap sebagai pelopor geometri abstrak yang didasarkan pada petunjuk pengukur banjir, yang implementasinya dengan membuktikan dalil-dalil geometri yang salah satunya bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki adalah sama besarnya.

 

2.      Anaximandros (640-546 SM)

Ia adalah orang pertama  yang mengarang suatu traktat dalam kesusasteraan Yunani, dan berjasa  dalam bidang astronomi, geografi. Jadi, ia merupakan orang pertama yang membuat  peta bumi. Usahanya dalam bidang geografi diajukan oleh herakleios, sewarga polis dengan dia. Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di Apollonia, Yunani.

Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang arche (asas pertama alam semesta),ia tidak menunjuk pada salah satu unsur yang dapat diamati oleh indra, tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati indra, yaitu apeiron[3].  Sebagai sesuatu yang tak terbatas, abadi sifatnya, tidak berubah-rubah, ada pada segala-galanya, dan sesuatu yang paling dalam. Alasannya, apabila tentangarche  tersebut ia menunjuk pada salah satu unsur, maka unsur tersebut ia menunjuk pada salah satu unsur, maka unsur tersebut akan mempunyai sifat yang dapat bergerak sesuai dengan sifatnya sehingga tidak ada tempat bagi unsur yang berlawanan.

Pendapat yang lain, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun. Mengapa bumi tidak jatuh? Karena bumi berada pada pusat jagad raya. Pemikirannya ini hars kita pandang sebagai titik ajaran yang mengherankanbagi orang-orang modern.

 

3.      Heraclitus (535-475 SM)



Ia lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil, dan merupakan kawan dari Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi lebih tua. Ia mendapat julukan si gelap, karena untuk menelusuri gerak pemikirannya sangat sulit. hanya dengan melihat  fragmen-fragmenny, ia mempunyai kesan berhati tinggi dan sombong sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat dan bodoh, juga mencela orang-orang terkemukaka di negeri Yunani.

Pemikirannya filsafatnya terkenal dengan dengan filsafat menjadi. Ia  mengemukakan   bahwa segala sesuatunya (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Ucapannya yang terkenal yaitun Panta Rhei Kai Uden Menci artinya segala sesuatunya mengalir  bagaikan arus sungai dan tidak satu orang pun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Alasannya, karena air sungai yangpertama telah mengalir, berganti dengan air yang berada di belakangnya. Demikian juga segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya, dikatakan bahwa hakikat segala sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi.

Heraclitos yang mengemukakan pendapatnya bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche(asas yang pertama dari alam semesta) adalah api.  Api dianggapnya sebagai lambang perubahan  dan keasatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya sesuatu itu menjadi abu atau asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu atau asap, adanya api tetap ada. Segala sesuatunya dari api, dan akan kembali ke api.

 

4.       Parmanides (540-475 SM)

Parmanides lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Ia adalah seorang tokoh relativesme yang penting. Ia dikatakan sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan disebut filosof pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada deduksi logis, tidak seperti Heraclitus, misalnya, yang menggunakan metode intuisi. Ternyataan Plato amat menghargai metode Parmanides itu, dan Plato lebih banyak mengambil dari Parmanides dibandingkan dengan filosof lain yang terdahulu.[4]

Menurut Parmanides, gerak dan perubahan tidak mungkin terjadi. Menurutnya, realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Dia menegasakan bahwa yang ada itu ada. Inilah kebenaran.

Coba bayangkan apa konsekuensi bila ada orang yang memungkiri kebenaran itu. Ada dua pengandaian yang mungkin, yangpertama yaitu orang bisa mengemukakan bahwa yang ada itu tidak ada. Yang kedua yaitu orang dapat mengemukakan bahwa yang ada itu serentak ada dan serentak tidak ada. Pengandaian pertama bertolak belakang dengan sendirinya karena yang tidak ada memang tidak ada. Yang tidak ada tidak dapat dipikirkan dan menjadi objek pembicaraan. Pengandaian kedua tidak dapat diterima karena antara ada dan tidak ada tidak terdapat jalan tengah, yang ada akan tetap ada dan tidak mungkin menjadi tidak ada, begitu juga yang tidak ada tidak mungkin berubah menjadi ada. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang ada itu ada dan itulah satu-satunya kebenaran.[5]

Jadi, benar tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika. Di sinilah masalah muncul. Bentuk ekstrem pertnyataan itu ialah bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia; ukuran kebenaran adalah manusia.[6]

 

5.      Socrates (469-399 SM)

Mengenai riwayat socrates tidak banyak diketahui, tetapi sebagai sumber utama keterangan tentang dirinya dapat diperoleh dari  tulisan Aristophanes, Xenophon, Plato dan Aristoteles. Ia sendiri tidak meninggalkan tulisan, sedangkan keterangan dirinya didapat dari muridnya. Orang yang paling banyak menulis tentang Socrates adalah Plato yang berupa dialog-dialog.

Socrates berpendapat bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu dan tak dapat di pisahkan satu dengan yang lain. Oeh karna itu, dasar dari segala penelitian dan pembahasan adalah pengujian diri sendiri. Bagi secrotes, pengetahuan yang sangat berharga adalah pengetahuan tentang diri sendiri. Semboyan yang paling di gemarinya adalah apa yang tertera pada Kuil Delphi, yaitu,” kenalilah dirimu sendiri.”

             Periode setelah Socrates di sebut dengan zaman keemasan filsafat yunani karena pada zaman ini kajian-kajian yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Ploto ( 429-347 SM) yang sekaligus murid socrates dan yang menulis ide-ide Socrates. Menurutnya , esensi itu mempunyai realita dan realitasnya ada di alam idea. Kebenaran umum itu ada bukan d buat-buat bahkan sudah ada di alam idea. Plato menggambarkan kebenaran umum adalah rujukan bagi alam empiris, contohnya kuda yang ada di alam empiris bermacam-macam warna dan bentuk serta jenisnya, tetapi kuda secara umum memiliki unsur umum yang membedakan dengan sapi dan kambing unsur umum inilah yang ada di alam idea dan bersifat universal.

Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaiitu dengan menghargai nilai-niai jasmaniah dan rohania yang keduanya tidak dapat di pisahkan karena denga keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan .

 

6.      Plato (427-347 SM)

Plato adalah pengikut socrates yang taat diantara para pengikutnya yang mempunyai pengaru besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir juga dikenal sebagai sastrawan yang terkenal. Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang dirinya dapat diperolehnya secara cukup.[7]

Ia lahir di Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari Socrates, Pythagoras, Heracleitos dan Elia, akan tetapi ajarannya yang paling besar pengaruhnya dari nama Ariston dan ibunya bernama Periktione.

Plato berpendapat bahwa manusia berada dalam dua dunia, yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap, bermacam-macam dan berubah. Sedangkan  dunia ide bersifat tetap, hanya stu macam dan tidak berubah. Dunia pengalaman merupakan bayang-bayang dari dunia ide sedangkan dunia ide merupakan dunia yang sesungguhnya, yaitu dunia realitas. Dunia inilah yang menjadi “model” dunia pengalaman. Dengan demikian, dunia sesungguhnya atau dunia realitas itu adalah dunia ide.

Konsepnya tentang negara di dalamnya terkait etika dan teorinya tentang negara. Konsepnya tentang etika sama seperti socrates, yaitu tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik (eudaimonia atau well-being). Akan tetapi, untuk  hidup yang baik tidak mungkin dilakukan tanpa di dalam polis (negara). Alasannya, karena manusia menurut kodratnya merupakan makhluk sosial dan kodratnya di dalam polis (negara). Maka, untuk hidup yang lebih baik, dituntut adanya negara yang baik. Sebaliknya, polis (negara) yang jelek atau buruk tidak mungkin menjadikan para warganya hidup dengan baik.

 

7.      Aristoteles (384-322 SM)

Ia dilahirkan di Stageria, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Ayahnya seorang dokter pribadi di raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya di lingkungan istana, ia mewarisi keahliannya dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia dikirim ke Athena untuk belajar di Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga Plato meninggal. Beberapa lama ia menjadi pengajar di Akademia Plato untuk mengajar logika dan retorika.

Setelah Plato meninggal dunia, Aristoteles berasam rekannya Xenokrates meninggalkan Athena karena ia tidak setuju dengan pendapat pengganti Plato di Akademia tentang filsafat. Tiba di Assos, aristoteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos. Di sini Aristoteles menikah dengan Pythias. Pada tahun 345 SM kota Assos diserang oleh tentara Persi, rajanya (rekan Aristoteles) dibunuh, kemudian Aristoteles dengan kawan-kawannya melarikan diri ke ke Mytiline pulau Lesbos tidak jauh dari Assos.

Karya-karya Aristoteles berjumlah delapan pokok bahasan, yaitu :

a.       Logika

b.      Filsafat Alam

c.       Psikologi

d.      Biologi

e.  Metafisika, oleh Aristoteles dinamakan sebagai filsafat pertama atau theologia.

f.       Etika

g.      Politik dan ekonomi

h.      Retorika dan poetika

 

Beberapa pemikiran Aristoteles yaitu :

a.       Ajarannya tentang logika

Logika tidak dipakai oleh aristoteles, ia memakai istilah analitika. Istilah logika pertama kali muncul pada abad paertama Masehi oleh Cicero, artinya seni berdebat. Kemudian, Alexander Aphrodisias (Abad III Masehi) orang pertama yang memakai kata logika yang artinya ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.

Menurut Aristoteles, berpikir harus dilakukan dengan bertitik tolak pada pengertian-pengertian sesuatu benda. Suatu pengertian memuat dua golaongan, yaitu subtansi (sebagai sifat umum), dan aksidensia (sebagai sifat yang secara tidak kebetulan). Dari dua golongan tersebut terurai menjadi sepuluh macam kategori, yaitu:

1.      Subtansi (hal-hal yang bersifat nyata dan yang sungguh-sungguh bereksistensi)[8], (manusia, binatang).

2.      Kuantitas (satu, dua)

3.      Kualitas (merah, baik)

4.      Relasi (rangkap, separuh)

5.      Tempat (di rumah, di pasar)

6.      Waktu (sekarang, besok)

7.      Keadaan (duduk, berjalan)

8.      Mempunyai (berpakaian, bersuami)

9.      Berbuat (membaca, menulis)

10.  Menderita (terpotong, tergilas). Sampai sekarang, Aristoteles diannggap sebagai bapak logika tradisional.

 

b.      Ajarannya tentang Silogisme

Menurut Aristoteles, pengetahuan manusia hanya dapat dimunculkan dengan dua cara, yaitu induksi dan deduksi. Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak pada hal-hal yang khusus untuk mencapai kesimpulan yang sifatnya umum. Sementara itu, deduksi adalah proses berpikir yang bertolak pada dua kebaenaran yang tidak diragukan untuk mencapai kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga. Menurut pendapatnya, deduksi ini merupakan jalan yang baik untuk melahirkan pengetahuan bar. Berpikir deduksi yaitu silogisme, yang terdiri dari premis mayor dan premis minor dan kesimpulan.

Contoh:

Manusia adalah makhluk hidup (premis mayor)

Dina adalah manusia (premis minor)

Dina adalah makhluk hidup (kesimpulan)

 

c.       Ajarannya tentang pengelompokan ilmu pengetahuan

Aristoteles mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan, yaitu:

1.      Ilmu pengetahuan praktis (etika dan politik)

2.      Ilmu pengetahuan produktif (teknik dan kesenian)

3.      Ilmu pengetahuan teoritis (fisika, matematika, metafisika)

 

d.      Ajarannya tentang aktus dan potensia

Mengenairealitas atau yang ada, Aristoteles tidak sependapat dengan gurunya Plato yang mengatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide. Menurut Aristoteles, yang ada itu berada pada hal-hal yang khusus dan konkret. Dengan kata lain, titik tolak ajaran  atau pemikiran filsafatnya adalah ajaran Plato tentang ide. Realitas yang sungguh-sungguh ada bukanlah yang umum dan yang tetap seperti yang dikemukakan Plato, tetapi realitas terdapat pada yang husus dan yang individual. Keberadaan manusia bukan di dunia ide, tetapi manusia berada yang satu persatu. Dengan demikian, realitas itu terdapat pada yang konkret, yang bermacam-macam, yang berubah-rubah. Itulah realitas yang sesungguhnya.

 

e.       Ajarannya tentang pengetahuan

Menurut Aristoteles, terdapat dua macam pengenalan, yaitu pengenlan inderawi dan pengenalan rasional. Dengan pengenalan inderawi kita dapat memperoleh pengetahuan tentang bentuk benda (bukan materinya) dan hanya mengenal hal-hal yang konkret. Sementara itu, pengenalan rasional kita akan dapat memperoleh pengetahuan tentang hakikaat dari suatu benda. Dengan pengenalan rasional ini kita dapat menuju satu-satunya untuk ke ilmu pengetahuan.  Cara untuk menuju ke ilmu pengetahuan dalah dengan teknik abtraksi.  Abtraksi artinya melepaskan sifat-sifat atau keadaan yang secara kebetulan, sehingga tinggal sifat atau keadaan yang secara kebetulan yaitu intisari atau hakikat suatu benda.

 

f.       Ajarannya tentang etika

Aristoteles mempunyai perhatian yang khusus terhadap masalah etika. Karena etika bukan diperuntukkan sebagai cita-cita, akan tetapi dipakai sebagi hukum kesusilaan. Menurut pendapatnya, tujuan tertinggi hidup manusia adalah kebahagiaan(eudaimonia). Kebahagiaan adalah suatu keadaan dimana segala sesuatu yang teramsuk dalam keadaan bahagia telah berada dalam diri manusia. jadi, bukan sebagai kebahagiaan subjektif. Kebahagiaan harus sebagai suatu aktivitas yang nyata, dan dengan perbuatannya itu dirinya semakin disempurnakan. Kebahagiaan manusia yang tertinggi adalah berpikir murni.

g.      Ajarannya tentang agama

Menurut Aristoteles, negara akan damai apabila rakyatnya juga damai. Negara yang paling baik adalah nrgara dengan sistem demokrasi moderat, artinya sistem demokrasi yang berdasarkan Undang-Undang Dasar.


 B. Zaman Modern

 

1.      Descartes (1596-1650)

Buku Descartes yang terpenting dalam filsafat murni adalahDiscours de la Methode (1637) dan Meditation (1642). Kedua buku ini saling melengkapi satu sama lain. Di dalam kedua buku inilah ia menuangkan metodenya yang terkenal, metode keraguan Descartes(Cartesian Doubt). Metode ini sering juga disebut Cogito Descartes, atau metode Cogito saja.

Tahapan metode Descartes dapat diringkas sebagai berikut:

1.      Benda inderawi tidak ada

2.      Gerak, jumlah, volume (ilmu pasti) tidak ada

3.      Saya sedang ragu, saya ada

4.      Saya ragu karena saya berpikir

5.      Jadi, saya berpikir, saya ada[9]

 

2.      Hegel (1770-1831)

Filosof Amerika, M.R. Cohen menyebut Hegel sebagai filosof terbesar abad ke-19. Kalau melihat pengaruhnya pada Marx saja agaknya pernyataan Cohen itu cukup beralasan. Dalam pengantar bukunya, Das Kapital edisi kedua, Marx mengatakan bahwa dirinya adalah murid Hegel sekalipun “dialektika saya berlawanan dengan dialektika Hegel”.

Untuk menjelaskan filsafatnya, Hegel menggunakan dialetika sebagai metode. Proses dialektika selalu terdiri dari tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi antithesis (fase kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis). Dalam sintesis itu, tesis dan antithesis menghilang. Dapat juga tidak menghilang, ia masih ada tapi sudah diangkat pada tingkat yang lebih tinggi. Proses ini berlangsung terus. Sintesis segera menjadi tesis baru, dihadapi oleh antitesis baru dan menghasilkan sintesis baru, sintesis baru ini segera pula menjadi tesis baru lagi, dan seterusnya.[10]

 

3.      Immanuel Kant (1724-1804)

Sejarah filsafat adalah sejarah pertarungan akal dan iman dalam berebut dominasi mengendalikan jalan hidup manusia. Setidaknya ada tiga filosof besar yang mempunyai peran dalam mendudukkan akal dan iman: Socrates yang berhasi menghentikan pemikiran sofisme dan mendudukkan akal dan iman pada posisinya. Descartes berhasil menghentikan dominasi iman (Kristen) dan menghargai kembali akal, dan Kant yang berhasil menghentikan sofisme modern untuk mendudukkan kembali akal dan iman pada kedudukan masing-masing. Dalam kerangka inilah sepertinya Kant mendapat tempat yang lebih lumayan dalam sejarah filsafat.  

Argument-argumennya ia muat dalam bukunya, Critique of Pure Reason dan Critique of Practical Reason.[11]

 

4.      John Locke (1632-1704)

Dia adalah filosof Inggris, lahir di Wrington, Somersetshire. Filsafatnya dapat dikatakan antimetafisika. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan Descartes. Ia juga menolak metode deduktif Descartes dan menggantinya dengan generalisasi berdasarkanpengalaman; jadi, induksi. Bahkan Locke juga menolak akal (reason). Ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode induksi.

Kesimpulan Locke tentang filsafatnya adalah substance is we know not what, tentang substansi kita tidak tahu apa-apa. Ia menyatakan bahwa apa yang dianggapnya substansi adalah pengertian tentang objek sebagai idea tentang objek itu yang dibentuk oleh jiwa berdasarkan masukan dari indera. Akan tetapi, Locke tidak berani menegaskan bahwa idea itu adalah substansi objek, substansi kita tidak tahu. Persoalan substansi agaknya adalah persoalan metafisika sepanjang masa.[12]  

 

 

5.      William James (1842-1910)

Tokoh yang dilahirkan di New York City ini menjadi orang yang paling bertanggung jawab membuat pragmatisme terkenal di seluruh dunia. Secara ringkas, William James mengatakan pragmatisme adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui. 

Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya ia mengalami konflik antara pandangan agama. Ia beranggapan bahwa masalah kebenaran tentang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoritis. Yang ia inginkan adalah hasil-hasil yang konkrit. Dengan demikian, untuk mengetahui kebenaran dari ide tau konsep haruslah diselidiki konsekuensi-konsekuensi praktisnya.

Kaitannya dengan agama, apabila ide-ide agama dapat memperkaya kehidupan, maka ide-ide itu benar.[13]

James menurunkan aliran pragmatisme pada Dewey yang mempraktekannya dalam pendidikan. Pendidikan menghasilkan orang Amerika sekarang. Dengan kata lain, orang yang paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang adalah William James dan John Dewey. Yang paling merusak dalam filsafat itu, di antaranya: pandangan bahwa tidak ada hukum moral umum, tidak ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subjektivisme dan individualisme. Dua hal yang mengancam kemanusiaan dan manusia itu sendiri.[14] 

 

6.      Soren Kierkegaard


suatu reaksi terhadap idealisme yang sama sekali berbeda dari reaksi materialisme ialah yang berasal dari pemikiran Denmark yang bernama Soren Kierkegaard,  filsafat tidak merupakan suatu sistem,tetapi suatu pengekspresian eksistensi individual. Keberatan utama yang diajukan oleh Kierkegaardkepada Hegel ialah karena Hegel meremehkan eksistensi yang kongkret karena ia ( Hegel) mengutamakan idea yang sifatnya umum. Menurut Kierkegaard , manusia tidak pernah hidup sebagai suatu”aku umum” tetapi sebagai ”aku individual” yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam suatu yang lain. Dengan demikian , Kierkegaard memperkenalkan  istilah” eksistensi ” dalam suati arti yang mempunyai peran besar pada abad ke-20. Hanya manusia yang mampu bereksistensi , dan eksistensi saya tidak saya jalani satu kali untuk selamanya, tetapi pada setiap saat eksistensi saya menjadi objek pemilihan baru. Bareksistensi ialah bertindak tidak ada orang lain yang bisa dapat menggantikan tempat saya untuk bereksistensi atas nama saya.

Pengaruh Kierke gaard belum tampak ketika ia masih hidup , bahkan bertahun-tahun namanya tidak dikenal oarang di luar negerinya . itu antara lain karena karyanya di tulis dalam bahasa Denmark. Barulah pada akhir abad ke 19 karya –karya Kierkegaard mulai di terjemahkan kedalam bahasa jerman. Karyanya menjadi sumber yang paling penting sekali untuk filsafat abad yang ke-20, yang disebut eksistensialisme. Karenanya sering disebut bahwa Kierkegaard adalah bapak filsafat Eksistensialisme. Akan tetapi , anehnya , eksistensialisme abad ke-20 tidak jarang beraliran ateis, padahal kierkegaard seorang penganut kristen . tak pelak lagi, tokoh eksistensialisme tersebar adalah Jean Paul Sartre.  

   

SUMBER : 
http://romziana.blogspot.com/
-Google.Pict
-id.wikipedia.org


DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Asmoro. Filsafat Umum, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009
Muzairi. Filsafat Umum. Jogjakarta: Teras, cetakan I, 2009
Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009
O. Kattsoff, Louis.  Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004, cet, IX


[1] Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007), 22.[2] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), 23.[3] To Apeiron= “yang tak terbatas”,[4] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum ( Bandung: Remaja Posdakarya), 49.[5] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, 26.[6] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, 50.[7] Dalam karyanya, Apologia. Plato memberikan pembelaan Socrates di pengadilan. Karya-karyanya yang lain : Kriton, Protagoras, Gorgias dll. Plato memberikan komentarnya bahwa Socrates adalah seorang yang paling baik, paling bijaksana, paling jujur, dan merupakan manusia yang paling adil dari seluruh zamannya. Asmoro Ahmadi. Filsafat Umum, 51.[8] Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004, cet, IX,259.[9]  Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, 129-132[10]  Ibid, 151-153[11]  Ibid, 157[12]  Ibid, 175-180[13]  Muzairi, Filsafat Umum (Jogjakarta: Teras, cetakan I, 2009) 141[14]  Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, 217

Tidak ada komentar:

Posting Komentar