Label

Jumat, 07 Maret 2014

RESUME : Majid Fakhry, Al-Farabi “Founder Of Islamic Neoplatonism"

TUGAS FILSAFAT ISLAM

Musthofa Fajri Ridho (1112070000124).
(Majid Fakhry, Al-Farabi “Founder Of Islamic Neoplatonism”).

RESUME
Dari buku Majid Fakhry Al-Farabi “Founder Of Islamic Neoplatonism” yang telah saya baca, saya dapat menyimpulkan bahwa Al-Farabi adalah seorang ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan.
Ia juga dikenal dengan nama lain Abu Nasr al-Farabi. dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi, dan Ia juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir.
Ayahnya seorang opsir tentara Turki keturunan Persia, sedangkan ibunya berdarah Turki asli. Sejak dini ia digambarkan memiliki kecerdasan istimewa dan bakat besar untuk menguasai hampir setiap subyek yang dipelajari.  Pada masa awal pendidikannya ini, al-Farabi belajar al-Qur’an, tata bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu agama (fiqh, tafsir danilmu hadits) dan aritmatika dasar. 
Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara, dan tinggal di Kazakhstan sampai umur 50. Ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun.
Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di Baghdad, yaitu kira-kira pada tahun 920 M, al Farabi kemudian mengembara di kota Harran yang terletak di utara Syria, dimana saat itu Harran merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil. Ia kemudian belajar filsafat dari Filsuf Kristen terkenal yang bernama Yuhana bin Jilad.
Tahun 940M, al Farabi melajutkan pengembaraannya ke Damaskus dan bertemu dengan Sayf al Dawla al Hamdanid, Kepala daerah (distrik) Aleppo, yang dikenal sebagai simpatisan para Imam Syi’ah. Kemudian al-Farabi wafat di kota Damaskus pada usia 80 tahun (Rajab 339 H/ Desember 950 M) di masa pemerintahan Khalifah Al Muthi’ (masih dinasti Abbasiyyah).
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal para filsuf Yunani seperti Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik.
Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat.
Dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu.
Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf al Dawla dan di zaman pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk Monarki yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Ia lahir dimasa kepemimpinan Khalifah Mu’tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa pemerintahan Khalifah Al-Muthi’ (946-974 M) dimana periode tersebut dianggap sebagai periode yang paling kacau karena ketiadaan kestabilan politik.
Dalam kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan pemikiran-pemikiran dari para ahli Filsafat Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan mencoba mengkombinasikan ide atau pemikiran-pemikiran Yunani Kuno dengan pemikiran Islam untuk menciptakan sebuah negara pemerintahan yang ideal (Negara Utama).
Metafisika, menurut al-Farabi dapat dibagi menjadi tiga bagian utama:
1. Bagian yang berkenaan dengan eksistensi wujud-wujud, yaitu ontologi.
2. Bagian yang berkenaan dengan substansi-substansi material, sifat dan bilangannya, serta derajat keunggulannya, yang pada akhirnya memuncak dalam studi tentang “suatu wujud sempurna yang tidak lebih besar daripada yang dapat dibayangkan”, yang merupakan prinsip terakhir dari segala sesuatu yang lainnya mengambil sebagai sumber wujudnya, yaiu teologi.
3. Bagian yang berkenaan dengan prinsip-prinsip utama demonstrasi yang mendasari ilmu-ilmu khusus. Ilmu filosofis tertinggi adalah metafisika karena materi subyeknya berupa wujud non fisik mutlak yang menduduki peringkat tertinggi dalam hierarki wujud. Dalam terminology religius, wujud non fisik mengacu kepada Tuhan dan malaikat. Dalam terminology filosofis, wujud ini merujuk pada Sebab Pertama, sebab kedua, dan intelek aktif.
Dalam kajian metafisika salah satu tujuannya adalah untuk menegakkan tauhid secara benar. Karena tauhid merupakan dasar dari ajaran Islam. Segala yang ada selain Allah adalah makhluk, diciptakan (hadis). Tetapi bagaimana yang banyak keluar dari yang Ahad memunculkan diskusi yang mendalam.
Epistimologi menurut Al-Farabi, Epistemologi Farabian memiliki baik dari Neoplatonis dan dimensi Aristotelian. Sebagian besar ilmuwan terdahulu telah disurvei dalam pemeriksaan kita tentang metafisika Al-Farabi, dan dengan demikian perhatian kita berubah sekarang untuk dimensi Aristotelian.
Epistemologi Farabian memiliki baik Neoplatonis dan dimensi Aristotelian . Sumber terbaik untuk klasifikasi Al-Farabi pengetahuan adalah Kitab nya Ihsa Al-‘Ulum. Karya ini menggambarkan rapi keyakinan Al-Farabi, baik esoteris dan eksoteris. Melalui mereka semua menjalankan stres Aristotelian utama pada pentingnya pengetahuan. Dengan demikian Al-Farabi epistemologi, dari apa yang telah dijelaskan dapat dikatakan ensiklopedis dalam jangkauan dan kompleks dalam artikulasi , menggunakan kedua Neoplatonis dan suara Aristotelian.
Dari pemikiran Al-Farabi tersebut dapat dilihat bahwa sejatinya dalam urusan epistemologi (meski sangat dipengaruhi oleh pemikiran Aristoteles) khususnya dalam hal logika, Al Farabi tetap memiliki pandangan tersendiri dalam menguraikan hukum-hukum logika itu sendiri. Sehingga ia juga dikenal sebagai al mu’allim ats tsaniy (guru kedua) dalam dunia pemikiran Islam karena guru yang pertama adalah Aristoteles yang sebelumnya telah menanamkan sebuah pakem logika.
Filsafat Al-Farabi dapat dikelompokkan ke dalam Neoplatonis. Ia mensintesiskan buah pikir dua pemikir besar, yakni Plato dan Aristoteles. Guna memahami pemikiran kedua filsfuf Yunani itu, Al-Farabi secara khusus membaca karya kedua pemikir besar Yunanni itu, yakni On the Soul sebanyak 200 kali dan Physics sampai 40 kali.
Al-Farabi pun akhirnya mampu mendemonstrasikan dasar persinggungan antara Aristoteles dan Plato dalam sejumlah hal, seperti penciptaan dunia, kekekalan ruh, serta siksaan dan pahala di akhirat kelak. Konsep Farabi mengenai alam, Tuhan, kenabian, esensi, dan eksistensi tak dapat dipisahkan antara keduanya. Mengenai proses penciptaan alam, ia memahami penciptaan alam melalui proses pemancaran (emanasi) dari Tuhan sejak zaman azali.
Menurut Al-Farabi, Tuhan mengetahui bahwa Ia menjadi dasar susunan wujud yang sebaik-baiknya. Al-Farabi mengungkapkan bahwa Tuhan itu Esa karena itu yang keluar dari-Nya juga harus satu wujud. Sedangkan mengenai kenabian ia mengungkapkan bahwa kenabian adalah sesuatu yang diperoleh nabi yang tidak melalui upaya mereka. Jiwa para nabi telah siap menerima ajaran-ajaran Tuhan.
Sementara itu, menurut Al-Farabi, manusia memiliki potensi untuk menerima bentuk-bentuk pengetahuan yang terpahami (ma’qulat) atau universal-universal. Potensi ini akan menjadi aktual jika ia disinari oleh ‘intelek aktif’. Pencerahan oleh ‘intelek aktif’ memungkinkan transformasi serempak intelek potensial dan obyek potensial ke dalam aktualitasnya. Al-Farabi menganalogikan hubungan antara akal potensial dengan ‘akal aktif’ seperti mata dengan matahari.
Menurutnya, mata hanyalah kemampuan potensial untuk melihat selama dalam kegelapan, tapi dia menjadi aktual ketika menerima sinar matahari. Bukan hanya obyek-obyek indrawi saja yang bisa dilihat, tapi juga cahaya dan matahari yang menjadi sumber cahaya itu sendiri. Terkait filsafat kenegaraan, Al-Farabi membagi negara ke dalam lima bentuk. Pertama ada negara utama (al-madinah al-fadilah). Inilah negara yang penduduknya berada dalam kebahagiaan. Bentuk negara ini dipimpin oleh para nabi dan dilanjutkan oleh para filsuf. Kedua negara orang-orang bodoh (al-madinah al-jahilah). Inilah negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan.
Ketiga negara orang-orang fasik. Inilah negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negara orang-orang bodoh. Keempat negara yang berubah-ubah (al-madinah al mutabaddilah). Penduduk negara ini awalnya mempunyai pikiran dan pendapat seperti yang dimiliki penduduk negara utama, tetapi mengalami kerusakan. Kelima negara sesat (al-madinah ad-dallah). Negara sesat adalah negara yang pemimpinnya menganggap dirinya mendapat wahyu. Ia kemudian menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya.
Hakekat wujud menurut Al Farabi adalah terbagi menjadi dua bagian yaitu: Pertama Wujud yang mumkin, atau wujud yang nyata karena lainnya (wajibul-wujud lighairihi), Wujud yang mumkin tersebut menjadi bukti adanya sebab yang pertama (Tuhan), karena segala yang mumkin harus berakhir kepada sesuatu wujud yang nyata dan yang pertama kali ada. Dan Kedua Wujud Yang Nyata dengan sendirinya (Wajibul-wujud li Dzatihi). Wujud ini adalah wujud yang tabiatnya itu sendiri menghendaki wujud-Nya, la adalah sebab yang pertama bagi semua wujud. Wujud yang wajib tersebut dinamakan Tuhan (Allah).
Pengertian tentang Tuhan menurut pendapat Al Farabi adalah, Tuhan adalah wujud yang wajib, wujud yang wajib itu merupakan sebab yang pertama dari dari segala wujud yang mumkin (makhluq), oleh karena itu Tuhan adalah substansi yang Azali. Karena Tuhan Maha Sempurna tidak ada yang lebih sempurna kecuali wujud-Nya, sehingga tidak perlu sekutu bagi-Nya. Tuhan Maha Esa, Maha Sempurna, maka keesaan dan kesempurnaan wujud-Nya tidak mungkin diwujudkan dalam definisi sebagaimana benda sebab suatu definisi akan menghilangkan ke Esaan dan kesempurnaan wujud Tuhan, Tuhan tidak lagi substansi yang tidak terbatas karena definisi akan membatasi Tuhan yang Mutlak.
Emanasi adalah teori tentang keluarnya sesuatu yang wujud mumkin (alam makhluk) dari Dzat yang wajibul wujub (Dzat yang Mesti Adanya/Tuhan). Teori Emanasi disebut juga teori “urut-urutan wujud”
Kebahagiaan yang hakiki menurut Al-Farabi dapat dicapai apabila jiwa seseorang telah mencapai kesucian yang sebenar-benarnya sehingga ia mampu berkomunikasi dengan sang pencipta. Pencipta dari segala sesuatu yang ada dan tiada.
Teori Politik Pemikiran Al-Farabi tentang politik erat kaitannya dengan pemikirannya tentang falsafat kenabian . Uraian lengkap tentang falsafat politik al - Farabi ada dalam bukunya yang berjudul ( model city ) .
Kota layaknya sebuah tubuh manusia yang terdiri dari bagian - bagian di mana yang satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang erat serta memiliki fungsi - fungsi tertentu yang harus dijalankan untuk kepentingan seluruh tubuh . Demikian pula hal nya dengan kota ( masyarakat ) , di mana di dalamnya masing - masing anggota harus diberikan pekerjaan sesuai dengan kesanggupannya masing - masing .
Adapaun pekerjaan terpenting dalam masyarakat adalah pekerjaan kepala masyarakat yang dalam tubuh manusia diumpamakan dengan pekerjaan akal . Kepalalah sumber dari segala macam aturan dan keharmonisan dalam masyarakat . Sehingga ia harus memiliki persyaratan - persyaratan seperti ; memiliki tubuh yang sehat kuat dan pintar , cinta kepada ilmu pengetahuan dan keadilan .
Ia harus memiliki akal dalam tingkat ketiga , akal mustafad ( acquired intellect ) yang telah dapat mengadakan komunikasi dengan akal kesepuluh pengatur bumi kita . Sebai - baiknya kepala adalah Nabi atau Rasul . Sehingga kepala yang mirip inilah yang dapat mengadakan peraturan yang baik dan menguntungkan bagi masyarakat , sehingga masyarakat menjadi makmur dan baik , di mana semua anggota masyarakat memperoleh kesenangan , karena hak - hak mereka benar - benar ditunaikan dan diperhatikan .
Tugas kepala negara bukan hanya mengatur negara dan pemerintahan , tetapi lebih dari itu meeka berkewajiban untuk mendidik masyarakat manusia sampai memiliki akhlak yang baik.
Bila sifat-sifat yang dekat dan menyerupai para Nabi dan Rasul tak ada dalam satu orang , tetapi dalam beberapa orang , maka tugas kenegaraan diserahkan kepada mereka , dan diantara mereka harus ada yang memiliki sifat filosof , adil dan sebagainya .
Manusia bersifat sosial , tak dapat hidup sendiri , kesenangan manusia dapat dicapai hanya dalam hidup bermasyarakat dan semua bekerja sama untuk kepentingan bersama .
Salah satu teori yang dikemukakan oleh Al-Farabi adalah teori tentang negara dan warga negara. Seperti yang kita ketahui, bahwa syarat utama sebuah negara terbentuk adalah adanya batas wilayah, rakyat, pemerintahan dan pengakuan dari negara lain. Dalam mewujudkan adanya system yang baik maka setiap negara haruslah memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya seperti sandanga, papan, pangan, dan keamanan. Tetapi hal itu tidaklah mudah bagi suatu negara untuk bisa langsung menemukan semua kebutuhan secara langsung. Sebuah negara memerlukan sebuah sistem yang baik dan memadahi yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh semua unsur dalam negara tersebut.
Selain seorang ilmuwan, Al-Farabi juga seorang seniman. Dia mahir memainkan alat musik dan menciptakan beragam instrumen musik dan sistem nada Arab yang diciptakannya hingga kini masih tetap digunakan musik Arab. Dia juga berhasil menulis Kitab Al-Musiqa – sebuah buku yang mengupas tentang musik. Bagi Al-Farabi, musik juga menjadi sebuah alat terapi.
Sebagai seorang filsuf, Al-Farabi adalah yang pertama untuk memisahkan filsafat dari teologi. Sulit untuk menemukan seorang filsuf baik di dunia Muslim dan Kristen dari Abad Pertengahan dan seterusnya yang belum dipengaruhi oleh pandangannya . Dia percaya dalam Mahatinggi yang telah menciptakan dunia melalui pelaksanaan intelijen seimbang . Ia juga menegaskan fakultas rasional yang sama untuk menjadi satu-satunya bagian dari manusia yang abadi, dan dengan demikian ia ditetapkan sebagai tujuan manusia terpenting perkembangan yang fakultas rasional. Dia memberi jauh lebih memperhatikan teori politik dibandingkan dengan filsuf Islam.
Kemudian dalam karyanya, Al-Farabi ditetapkan dalam mode Platonis kualitas yang diperlukan untuk penguasa, ia harus cenderung memerintah dengan kualitas yang baik dari karakter asli dan menunjukkan sikap yang benar untuk aturan tersebut . Di jantung filsafat politik Al-Farabi adalah konsep kebahagiaan di mana orang bekerja sama untuk mendapatkan kepuasan. Dia mengikuti contoh Yunani dan peringkat tertinggi kebahagiaan dialokasikan untuk berdaulat idealnya yang jiwanya adalah bersatu seolah-olah dengan Intelek Aktif. Oleh karena itu Farabi menjabat sebagai sumber yang luar biasa aspirasi intelektual dari abad pertengahan dan membuat kontribusi besar untuk pengetahuan pada zamannya, membuka jalan bagi filsuf kemudian dan pemikir dari dunia Muslim.
Al-Farabi juga berpartisipasi dalam menulis buku tentang sosiologi Muslim awal dan sebuah buku penting pada musik berjudul Kitab Al-Musiqa (The Book of Music) yang pada kenyataannya sebuah studi tentang teori musik Persia pada zamannya, meskipun di Barat telah diperkenalkan sebagai sebuah buku tentang musik Arab. Ia menemukan beberapa alat musik, selain memberikan kontribusi bagi pengetahuan catatan musik. Telah dilaporkan bahwa ia bisa memainkan alat musiknya dengan baik untuk membuat orang tertawa atau menangis di akan. Risalah Makna Al-Farabi tentang Akal berurusan dengan terapi musik, di mana ia membahas efek terapi musik di jiwa .

Al-Farabi melakukan perjalanan ke banyak negeri-negeri jauh sepanjang hidupnya dan mendapat banyak pengalaman, karena karya-karya dan pemahaman yang ia buat begitu banyak kontribusi yang dia masih diingat dan diakui. Meskipun menghadapi banyak kesulitan, ia bekerja dengan penuh dedikasi dan membuat namanya di kalangan para ilmuwan populer sejarah. Dia meninggal di Damaskus pada 339 H / 950 M pada usia 80 tahun.


REFERENSI : Buku Majid Fakhry, Al-Farabi “Founder Of Islamic Neoplatonism

Tidak ada komentar:

Posting Komentar